Love From My Heart Oleh: Endik Koeswoyo (Bag 8)

Diposting oleh den_holic on Kamis, 26 Juli 2012

 Malam telah hampir berganti pagi, namun Han masih belum juga memejamkan mata. Bila kemarin malam  tertidur dengan seorang gadis disampingnya, kini hanya bantal-bantal bisu yang menemani. Mungkin juga dia merasakan kesepian yang sangat.

 Bila tadi pagi dia dipaksa bicara oleh teman-teman, kini dia hanya duduk termenung didepan komputer, tanpa melakukan apapun. Sedetik setelah itu Han beranjak dari kursi, melangkah menuju keatas ranjang, mengamati alroji kesayangan yang telah menunjukkan angka tiga, tentunya saat itu sudah jam tiga pagi. Memejamkan mata lalu terlelap. Malam yang sunyi tanpa mimpi mungkin saja  dialaminya...
Pagi telah tiba, saat pintu kamar terbuka berlahan. Arif masuk kedalam dan membangunkan Han yang masih terlena oleh mimpi. 

“Han…bangun, ada yang nyari tuh!” 

Tapi Han belum juga menyahut, hingga Arif harus mengulangi perkataannya lagi.

 “Han, bangun…ada yang nyari tuh!” kali ini sambil mengguncang-guncang tubuh sahabatnya.

 “Siapa?”

 “Tuh diluar, cepetan.”

 Arif meninggalkannya yang masih terlentang ditempat tidurnya.

 “Han…cepetan, aku mau berangkat kekampus,” sambil melongok sekali lagi ke dalam kamar. “Kasihan dia tidak ada yang menemani,” Lanjutnya setengah berteriak.

 Arif menutup pintu kamar itu kembali, melangkah keluar dan menemui seseorang diruang tamu.

 “Tunggu sebentar ya, Nin!”

 “Iya, santai saja.”

 “Aku harus kuliah, sorry banget tidak bisa menemani.”

 “Iya, hati-hati.” 

Arif langsung meninggalkan Nina diruang tamu.  

Cukup lama Nina menunggu diruang tamu, beberapa kali dia terlihat melihat jam di-dinding ruang itu. Dia beranjak, melangkahkan kakinya menuju kamar. Membuka pintu kamar itu dengan hantinya yang sedikit deg-degan.

 Setelah membuka pintu, gadis itu mengamati seluruh ruangan.

 “Rapi,” gumamnya, dengan senyum khas bidadari cantik.

 Dia melihat Han yang masih terlentang tanpa mengenakan baju. Mungkin saat itu Han dalam keadan setengah sadar setelah Arif membangunkannya beberapa menit yang lalu. Nina lalu duduk didepan komputer, memandangnya yang terbaring diatas tempat tidur . Dia mendekatkan dirinya.

 “Han…bangun, sudah siang!”

 Suara lembut itu seakan langsung menusuk kedalam telinga dan langsung membuyarkan mimpi pemuda itu.

 “Eh…Nin, sudah lama?” sambil menutup tubuhnya dengan selimut.

 “Kenapa, malu ya?”

 “Ah, enggak,” walaupun sebenarnya dia malu, karena saat itu  tidak mengenakan baju.

 “Kamu tidak kuliah?”

 “Tidak, hari ini kosong. Maaf ya, aku tidak tau kalau yang datang kamu.”

 “Ah…tidak apa-apa, memangnya kamu tidak tidur semalam?”

 “Tidur, tapi sudah pagi. Aku madi dulu ya Nin,” pemuda itu beranjak dari ranjang, melangkah keluar. 

Nina hanya tersenyum sambil mengamatinya. Han sempat melihat gadis itu mengambil sebuah buku dirak lalu merebahkan tubuhnya diranjang sambil membaca buku tersebut. Dengan senyumnya, pemuda itu meninggalkan kamarnya. 

Saat Han masuk kembali, Nina tidak juga memperhatikannya, dia lebih asyik dengan buku yang dibacanya.

 “Itu buku pertamaku,”  sambil menunjuk buku yang dibaca Nina.

 “Buat aku ya!”

 “Ya…bawa saja, tuh dirak masih banyak lagi.”

 Sambil mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk warna biru. Setelah yakin  rapi, Han melangkah menuju pembaringan memposisikan diri disebelah Nina. Gadis itu hanya tersenyum sambil mengusap kepala Han dengan penuh kasih sayang.

 “Kamu tidak kuliah Nin?”

 “Sudah, tadi masuk jam delapan pagi. Setelah itu langsung kesini.”

 “Adikmu sudah pulang?” tanya Han lagi.

 “Sudah, beberapa menit setelah kamu meninggalkan kamarku.”

 “Kamu bilang kalau aku semalam tidur ditempatmu?”

 “Iya, dia paling tau aroma cowok, ha…ha…”


 Han ikut tertawa,  menatap bibir gadis cantik  yang merekah itu. Mungkin juga saat itu dadanya berdebar. Dia seakan enggan berpaling dari bibir yang benar-benar merah merekah. 

 “Apa kata Adikmu?”

 “Dia tidak percaya kalau kamu hanya menciumku,” gadis itu tersenyum simpul, menatap lawan bicaranya dalam-dalam. Sementara aku yang ditatapnya  hanya diam.

 “Kamarmu rapi juga ya?”

 “Ah…lebih rapi kamarmu,” Han tampak merendah malu-malu.

 “Apakah ada wanita yang masuk kesini selain aku?”

 “Belum ada, paling Arif, Jack dan Pay, selain itu belum ada.’’

 “Sama sekali?”

 “Iya.”

 “Suer?”

 “Iya.”

 “Apakah Ibumu juga tidak pernah masuk kesini?” Nina tersenyum simpul.

 “Tidak, Ibuku tidak pernah kesini.”

 “Kenapa?”

 “Mungkin dia terlalu sibuk, lagian Ibuku tinggalnya jauh dari sini.”

 “Dimana?”

 “Kalimantan,” jawab Han singkat.

 Nina hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.  Sementara itu pemuda yang ada disampingnya hanya tersenyum.

 Obrolan itu memang terkesan kaku. Hanya saja setelah beberapa saat kemudian semua menjadi wajar biasa. Bahkan beberapa kali Nina memukul pundak Han dengan mesra lalu keduanya tertawa. Ya...seperti sepasang kekasih yang di mabuk asmara. Saling bercerita dan bercanda.


{ 0 komentar... read them below or add one }