Love From My Heart Oleh: Endik Koeswoyo (Bag 7)

Diposting oleh den_holic on Kamis, 26 Juli 2012

 “Baru pulang Han?” sapa Arif pelan.

 “Iya.”

 Han duduk disofa, disamping Arif yang sedang menikmati secangkir kopi sambil membaca Koran pagi itu.

“Semalam tidur mana?”

  Han hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Arif.

 “Jack kemarin marah-marah, katanya nyari kamu tidak ketemu?”

 Melihat Han yang hanya diam, Arif lalu bertanya lagi pada Han yang baru saja datang.

 “Ada masalah Han?”

 “Tidak.” 

Di raihnya cangkir kopi yang ada diatas meja dan tentunya itu milik sahabatnya. Meneguknya sedikit dan mengembalikannya lagi ketempat semula.

 “Kamu tadi malam tidur mana?” tanya Arif dengan raut muka heran.

 “Kalau aku jawab, kamu janji tidak akan bilang siapa-siapa?” Han akhirnya buka mulut juga.

 “Paling hanya ngomong Jack dan Pay.”

 “Janji?”

 “Iya, paling-paling cuma mereka berdua!” Arif tampak ingin segera tau jawaban Han.

 “Dikamarnya Nina.”

 “Ha…! Dikamarnya Nina?” dengan nada sangat terkejut.

 “Iya,”  mengambil koran yang dipegang Arif.

 “Jack…Pay…teman kita sudah punya pacar!” Arif berteriak memanggil kedua temannya yang masih didalam kamar.

 “Hus…siapa yang pacaran?” hardik Han.

 “Tapi, buktinya  semalam kamu tidur sama Nina!”

 “Bukan berarti aku pacaran kan?” mukanya tampak memerah.


 Dengan senyum simpul, Han berusaha menyangkal pendapat Arif. Sedangkan Jack, dan Pay yang baru keluar langsung duduk bersama diruang itu.

 “Kemarin kemana, aku cari-cari tidak ketemu?” 

Jack langsung menanyakan itu pada Han.

 “Sory Jack, kemarin aku ngantar Nina pulang.”

 “Terus, dia tidur disana sekalian!” Arif memotong pembicaraan mereka berdua.

 “Iya, Han? Kamu tidur dengan Nina si-bahenol itu?” Pay tampaknya juga tidak mau ketinggalan berita hangat itu.

 Han hanya tersenyum pada mereka bertiga yang jelas masih penasaran akan sebuah jawaban yang pasti.

 “Iya,” menjawabnya dengan pelan tapi pasti adalah satu-satunya pilihan yang bisa terucap saat itu.

 “Pantesan, kemarin menghilang bagai ditelan bumi,” gerutu Jack.

 “Sory, Jack,” Han menatap Jack.

 “Itu bukan masalah besar, kamu ninggalin aku juga tidak apa-apa, tapi…”

 “Tapi apa jack?”

 “Sebagai gantinya, sebagai pengobat rasa jengkelku padamu, kamu harus cerita tentang semua kejadian, dari kemarin di loby kampus sampai pagi ini!” Jack tersenyum bangga dengan idenya.

 “Ah…itu masalah lain Jack,” Han tampak malu-malu. 

 “Lain? Apanya yang lain?”

 “Ha…ha…baiklah, tapi janji tidak akan membicarakannya didepan teman-teman yang lain?” 

Setelah didesak, akhirnya dengan terpaksa Han mau menceritakannya.

 “Iya …,” jawab mereka bertiga hampir bersamaan.

 “Tapi kamipun juga punya syarat, ceritanya harus runtun, jelas dan menggunakan bahasa yang baik dan benar!” 

 Seperti seorang hakim yang mengadili tersangkanya, Jack memberikan sebuah penjelasan disertai dengan gerakan tangannya.

 “Ha…ha…terserah yang  bercerita dong!”

 “Wah…mau aman nggak?”

 “Iya deh Jack,” lagi-lagi Han harus menuruti permintaan teman-teman pagi itu.

  “OK ?” Jack minta pendapat yang lain.
 Pay dan Arif mengangguk cepat.

 “Begini, siang itu aku duduk diloby, menunggu teman yang kuliah, lalu Gadis itu datang.” 

Sepertinya Han sedikit malu untuk mulai bercerita. Sementara teman-teman hanya  mendengarkan saja.

 “Lalu dia memintaku mengantarnya pulang, sebelum sampai tempat kost-nya, kami makan dulu. Disebuah warung yang ramai pengunjung. Aku disuruhnya duduk disebuah meja disudut ruangan. Nina mengambilkanku sepiring nasi lengkap dengan sayur asem dan ayam goreng,” lanjutnya lagi.

 “Lalu?” 

 “Kami makan tanpa banyak pembicaraan yang kami lakukan. Setelah makan, kami ketempat kost-nya. Semula aku hanya berdiri didepan pintu, terkagum-kagum dengan tata ruang dan kebersihan kamar itu.” 

Han menghentikan cerita, menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya pelan. Belum ada komentar dari teman-temannya, mereka masih menunggu.

 “Lalu dia memintaku masuk, sebenarnya aku menolak dan ingin pulang saja. Karena aku lelah dan tertarik dengan kamar itu, aku akhirnya tertidur,” lanjut Han yang wajahnya semakin memerah. 

 “Nina?” celetuk Jack.

 “Dia mengerjakan tugas, duduk didepan komputernya.”

 “Lalu?” sepertinya Arif yang paling penasaran.

 “Lalu aku terbangun, tapi itu sudah jam satu malam.”

 “Nina?” lagi-lagi Arif berinisiatif menanyakan sang gadis.

 “Dia telah memelukku dengan erat, aku menjadi semakin takut saat aku melihat jam dinding itu sudah menunjukkan angka satu.”

 “Lalu?” celetuk Jack antusias.

 “Aku hanya diam untuk beberapa saat, hingga aku memutuskan untuk pergi ke-kamar mandi, membasuh mukaku dan berkaca. Setelah itu aku duduk di depan komputer, mengamati Nina yang tertidur pulas,” wajah Han semakin merah.

 “Cuma gitu?” Jack semakin antusias.

 “Tidak, dia terbangun. Berbicara sebentar dan dia menyuruhku tidur lagi. Nina menarikku dengan manja, sedangkan aku hanya menurut saja.”

 “Lalu kamu bercinta?”

 “Jack, jaga pembicaraanmu, memang aku semudah itu?” Han pura-pura marah
.
 “Ha…ha…,” melihat sahabatnya pura-pura marah mereka malah tertawa.

 “Setelah sampai diatas tempat tidur aku tidak bisa memejamkan mata, aku hanya bisa  melihat lekuk-lekuk tubuhnya yang tertutup kain tipis berwarna biru muda.”

 “Kalian tidak bercinta?” tanya Jack lagi.

 “Tidak.”

 “Hah…sama sekali?” sepertinya Jack tidak percaya dengan apa yang diceritakan

 “Tidak, aku hanya mencium bibirnya.”

 “Setelah itu?” 

 “Ya…Cuma sampai disitu, kami hanya berciuman sampai aku tertidur lagi.”

 “Ha…ha…aku tidak bisa membayangkan jika kamu harus telanjang, ha…ha….”

 Mendengar perkataan Jack itu, semua tertawa termasuk Han. Mereka masih saja membicarakan kejadian semalam, berbagi pendapat atau barang kali saling curhat. 
 

{ 0 komentar... read them below or add one }